Kamis, 09 April 2009

PELESTARIAN TRUMBU KARANG

PENDAHULUAN


Terumbu karang adalah salah satu ekosistem dasar laut dangkal yang mempunyai keanekagaman hayati cukup tinggi. Terumbu karang disusun oleh hermatypic coral, yaitu sejenis karang yang mampu membuat bangunan atau kerangka karang dari kalsium karbonat (CaCO3) yang sangat kuat, sehingga koloni karang tersebut mampu menahan gaya gelombang air laut. Selain hermatypic coral tersebut di atas, terdapat juga biota lain yang berperan dalam proses pembentukan terumbu karang, namun dalam skala kecil.

Kemampuan hermatypic coral dalam pembentu-kan bangunan kapur tidak terlepas dari proses hidup organisme tersebut. Hermatypic coral bersimbiose dengan algae simbion (zooxanthellae) yang tumbuh di dalam jaringan polip. Alga tersebut memegang peranan penting dalam menstimulasi produksi kapur sehingga karang dapat tumbuh dan terumbu berkembang lebih luas.

Dalam perkembangannya, alga simbion membutuh-kan sinar matahari untuk proses fotosintesis. Oleh karena itu, jenis karang tersebut umumnya hidup dan berkembang dengan baik di perairan pantai/ laut yang jernih dengan suhu 18 – 40 oC (optimal 23 – 25oC) dan salinitas 30-36‰ serta kedalaman < 50 m (optimal 25 m) dimana penetrasi cahaya matahari masih sampai ke dasar perairan. Perairan laut yang keruh karena pencemaran dan sedimentasi dari daratan, dapat menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan atau ketahanan hidup karang serta dapat mengancam kelestarian ekosistem terumbu karang.




POTENSI DAN KONDISI PERIKANAN TERUMBU KARANG SAAT INI


Terumbu karang sangat potensial dikembangkan sebagai tempat budidaya dan tempat penangkapan berbagai jenis biota perikanan seperti:
- Rumput laut;
- Spon, kerang, siput dan karang lunak;
- Udang, lobster, dan kepiting;
- Cacing laut, teripang, bulu babi, dan bintang laut;
- Ikan karang konsumsi (kerapu, ekor kuning, kakap kuning, dan kakap merah);
- Ikan karang hias (kepe-kepe, napoleon, bidadari, kakatua, botana, dan ikan giru);
- Ikan karang lain (buntal, pari, dan lepu ayam);
- Kuda laut, dan belut murai;
- Reptil (penyu sisik) dan mamalia laut (ikan duyung).

Kondisi terumbu karang Indonesia saat ini sebagian besar mengalami kerusakan. Hasil survey Program Rehabilitasi Pengelolaan Terumbu Karang (COREMAP – Coral Reef Rehabilitation and Management Program) LIPI menunjukkan bahwa terumbu karang yang benar – benar sangat baik hanya 6,49% sedangkan selebihnya dalam kondisi sangat buruk (40,62%) sedang (28,61%) dan baik (24,28%).





FUNGSI, MANFAAT & NILAI TERUMBU KARANG


1. Fungsi
 Pelindung pantai dari gelombang dan badai;
 Tempat hidup dan berkembang biak ikan karang;
 Tempat perlindungan ikan karang yang berukuran lebih kecil dari pemangsaan ikan karang lainnya;
 Penghasil bahan – bahan organik, tempat mencari makan, tempat tinggal dan penyamaran bagi komunitas ikan.

2. Manfaat
 Perikanan, baik budidaya maupun penangkapan;
 Sumber makanan;
 Bahan obat – obatan;
 Bahan baku berbagai industri;
 Pendidikan dan riset;
 Kawasan konservasi laut.

3. Nilai
 Obyek wisata bahari;
 Menghasilkan produk perikanan US$ 15.000/ tahun;
 Menghemat biaya perlindungan pantai sebesar US$ 193.000;
 Mempunyai potensi pariwisata US$ 13.000 sampai 500.000.




PENYEBAB KERUSAKAN TERUMBU KARANG


Seiring dengan perkembangan teknologi dalam usaha penangkapan ikan di laut, termasuk ikan karang menyebabkan variasi keragaman alat tangkap semakin banyak dengan teknik operasional yang berbeda – beda.
 Pengoperasian jenis alat tangkap tertentu sering didahului dengan pengeboman sehingga menyebab-kan kerusakan pada terumbu karang sebagai habitat ikan karang serta biota karang lainnya.
 Pengeboman dengan bahan peledak berbobot 0,5 kg saja dapat merusak terumbu karang hingga radius 3 m. Sementara efek pengeboman pada radius 10 m, ikan karang akan mengalami kematian. Ikan yang terkena bom ledakan hanya 40% yang mengapung dan 60% lainnya tenggelam.
 Penggunaan racun sianida sianida (potas) dan jenis lainnya dalam penangkapan ikan karang juga sebagai penghancur terumbu karang, dimana pada konsentrasi 4 ppm terumbu karang akan memutih. Inilah yang menyebabkan produksi ikan – ikan karang semakin menurun serta ikan yang tertangkap dengan meng-gunakan potas tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.

Selain pengeboman dan peng-gunaan racun sianida, kerusakan terumbu karang juga disebabkan oleh beberapa hal yaitu sebagai berikut:
1. Gangguan Alamiah:
- Gunung Api;
- Gempa Bumi;
- Tsunami;
- Pemangsa; dan
- Perubahan iklim secara global.
2. Gangguan Manusia:
- Tangkap lebih (overfishing);
- Penambangan/ penggalian batu karang;
- Pencemaran dan Sedimentasi;
- Pariwisata/ ekoturisme; serta
- Pengerukan, pengurungan & pembangunan pantai.
UPAYA PELESTARIAN


Dengan kondisi terumbu karang seperti saat ini, menyebabkan produksi ikan dari hasil tangkapan mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Untuk mengatasi hal tersebut, maka langkah yang kita lakukan adalah turut memelihara kelestarian terumbu karang, antara lain dengan:

1. Tidak melakukan pengambilan terumbu karang dengan alasan apa pun;
2. Tidak melakukan pengeboman dan penggunaan potas ataupun jenis bahan kimia lain yang dapat mengancam kelestarian ekosistem terumbu karang;
3. Tidak menggunakan alat tangkap yang dapat merusak terumbu karang seperti trawl dan sejenisnya;
4. Tidak melakukan penangkapan ikan secara berlebihan;
5. Tidak membuang sampah dan atau limbah di laut maupun sungai yang bermuara ke laut karena hal ini dapat menimbulkan pencemaran dan penimbunan sedimen di perairan terutama ekosistem terumbu karang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar