Kamis, 14 Mei 2009

PERANAN BATU APUNG

Bahan baku lempung pada industri keramik biasanya diambil dari tanah persawahan yang subur, sedangkan breksi batu apung tersebar di daerah perbukitan yang tandus. Penggunaan lempung sebagai bahan baku keramik mengkhawatirkan petani penggarap dan pemilik sawah dalam penyediaan pangan sehingga diperlukan alternatif pengganti pemakaian lempung yang diambil dari lahan persawahan. Tujuan utama penelitian ini ialah mengetahui perilaku fase mineral yang terbentuk setelah pembakaran. Secara khusus, hendak ditentukan fase mineral tertentu yang paling baik terhadap sifat fisik keramik teknik, serta seberapa jauh peranan bahan baku pengganti (breksi batu apung) pada pembentukan fase mulit atau kristobalit yang merupakan fase mineral utama pembentuk keramik. Pemakaian breksi batu apung sebagai bahan baku pengganti pada industri keramik dapat dikembangkan dengan mengetahui peranan breksi batu apung dan lempung serap pada pembentukan fase mulit atau kristobalit. Penambahan feldspar sebagai bahan pelebur (flux) pada badan keramik feldspar akan dapat menekan biaya pembakaran, terutama untuk menghindari pembentukan fase mineral mulit pada suhu tinggi.

Substitusi breksi batu apung terhadap lempung dengan suhu pembakaran 750oC dan penggunaan breksi batu apung 30%, lempung 60% dan pasir 10%, telah menghasilkan genteng keramik dengan mutu kelas III. Sifat rembesan air yang sangat penting dalam pembuatan genteng keramik berkorelasi dengan munculnya pori akibat susut bakar yang tidak sama antara bahan pengikat (lempung) dan bahan pengisi (sebagai silika pada pasir + breksi batu apung). Bahan pengisi cenderung membentuk kerangka (idealnya kristobalit) dan bahan pengikat membentuk fase mineral mulit yang mempunyai susut bakar relatif besar dengan naiknya suhu pembakaran.

Perbedaan susut bakar antara lempung sebagai bahan pengikat dan silika pada breksi batu apung sebagai bahan pengisi memungkinkan terjadinya pori. Semakin banyak silika yang akan membentuk kerangka dengan susut bakar yang lebih rendah, semakin banyak pori yang terbentuk pada pembakaran suhu tinggi, sehingga justru memungkinkan pembentukan saringan (filter) keramik. Secara umum, penelitian ini menghasilkan keramik teknik yang lebih ringan, lebih kuat, dan lebih murah. Densitas benda uji dengan 90% lempung dan 10% pasir ialah sekitar 1.72 g/cm3. Setelah disubstitusi dengan 30% breksi batu apung, densitas turun menjadi 1.57 g/cm3. Beban lentur pada substitusi 30% breksi batu apung dengan pembakaran 750oC ialah 51.03 kgf yang masih masuk dalam mutu genteng kelas III. Dengan demikian sudah ada efisiensi biaya pembuatan keramik teknik yang memenuhi syarat pada suhu rendah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar